
Source: Unsplash
Apa itu Hoarding Disorder?
Hoarding disorder adalah gangguan mental kronis yang membuat penderitanya mengalami kesulitan ekstrem untuk membuang atau melepaskan barang, terlepas dari nilai sebenarnya. Kondisi ini menyebabkan penumpukan barang hingga mengganggu fungsi tempat tinggal dan kehidupan sehari-hari.
Fakta Menarik:
- Baru diakui sebagai gangguan mandiri dalam DSM-5 (2013)
- Hanya 20% penderita yang memiliki OCD
- Dialami oleh 2-6% populasi global
- Gejala awal sering muncul di usia remaja (11-15 tahun) tetapi baru terdiagnosis pada usia 55-94 tahun
Gejala Utama Hoarding Disorder
1. Sulit Membuang Barang
Pengidap seringkali merasakan kecemasan ketika harus membuang barang lepas dari nilai gunanya. Keterikatan emosional berlebihan dapat membuat proses ini terasa seperti kehilangan sesuatu yang penting.
2. Penumpukan Berlebihan
Kesuliatan membuang barang secara bertahap menyebabkan akumulasi benda-benda di tempat tinggal pendigap. Barang-barang ini dapat berupa apa saja, koran bekas, furnitur, dan lain-lain.
3. Rumah Tidak Fungsional
Akibat penumpukan barang, tempat tinggal menjadi semrawut dan tidak layak dihuni. Aktivitas keseharian seperti membuka pintu, menggunakan tangga, atau memasak terganggu karena ruangan yang penuh barang.
4. Kesulitan Membuat Keputusan
Pengidap cenderung perfeksionis dan mudah ragu dalam mengambil keputusan, sehingga sering menunda mengatur barang. Mereka memiliki kesulitan dalam memprioritaskan barang mana yang perlu disimpan.
5. Kecenderungan Menimbun Hewan
Beberapa pengidap suka mengumpulkan hewan walaupun tidak mampu merawat kebersihan atau kesehatannya.
Bagi penderita, setiap benda adalah kenangan yang harus diselamatkan,
sekalipun itu hanya kertas bon dari 10 tahun lalu
Penyebab Hoarding Disorder
Penyebab hoarding disorder belum sepenuhnya dipahami, namun diduga dapat terjadi karena beberapa faktor, termasuk:
1. Genetik
Terdapat beberapa penelitian menunjukan bahwa riwayat keluarga dapat meningkatkan risiko pengembangan kondisi ini.
2. Neurobiologis
Gangguan terhadap prefrontal cortex otak dapat memengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan keterikatan emosional terhadap barang. Kelainan ini dapat membuat seseorang sulit menilai kegunaan barang untuk disimpan atau dibuang.
3. Psikologis
Trauma atau stres berat seperti kehilangan orang terdekat, perceraian, atau kehilangna pekerjaan dapat memicu kebiasaan penumpukan barang sebagai bentuk pelarian.
4. Lingkungan
Pola asuh yang terlalu permisif atau pengalaman hidup misalnya tumbuh dalam kemiskinan dapat berkontribusi dan menyebabkan kebiasaan frugal berubah menjadi hoarding disorder.
Dampak Berbahaya
Hoarding disorder dapat menyebabkan berbagai dampak berbahaya dalam berbagai segi kehidupan seperti berikut:
1. Sosial
Hoarding disorder dapat menyebabkan berbagai konflik sosial dengan keluarga maupun teman. Selain itu, seringkali terjadi juga permasalahan hukum seperti pengusiran dari akomodasi.
2. Psikologis
Dengan kondisi tempat tinggalnya pengidap merasa malu dan isolasi diri sendiri sehingga memicu kecemasan dan depresi.
3. Kesehatan
Selebih itu, pengidap dapat meningkatkan terhadap risiko kebakaran dan cedera akibat jatuh bahkan sampai kematian karena kondisi tempat tinggal yang tidak ideal.
Pengobatan
Hoarding disorder memang kompleks, tetapi bukan tidak bisa diatasi. Dengan kombinasi terapi profesional, dukungan sosial, dan komitmen pribadi, perubahan signifikan dapat dicapai. Berikut penjelasan mendetail tentang berbagai opsi pengobatan yang tersedia:
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) – Terapi Kognitif Perilaku
Pengobatan untuk hoarding disorder masih terus berkembang, namun salah satu terapi yang paling sering digunakan oleh psikolog adalah CBT (Cognitive Behavioral Therapy/Terapi Kognitif Perilaku). Terapi fokus pada pengertian dan mengubah pola pikir pengidap yang terkait dengan perilaku kebiasaan menyimpan barang. Melalui CBT, pasien belajar mengelola pikiran dan perasaan mereka, serta mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan yang lebih sehat.
Exposure and Response Prevention (ERP) – Terapi Paparan
Selain CBT, terapi lain yang efektif adalah ERP (Exposure and Responsive Prevention). Terapi ini membantu mengurangi rasa kecemasan yang timbul saat membuang barang dengan proses paparan yang dilakukan secara perlahan. Dengan begitu, pasien dapat membangun strategi jangka panjang untuk mengatasi hoarding disorder.
Farmakoterapi (Obat-obatan)
Ada juga opsi farmakologis. Meskipun tidak ada obat khusus mengobati hoarding disorder, beberapa jenis obat seperti antidepresan dapat digunakan untuk mengendalikan rasa kecemasan atau depresi yang terkait dengan hoarding disorder. Namun, pengobatan medis sebaiknya dikombinasikan dengan terapi psikologis agar lebih efektif.
Intervensi Berbasis Keluarga
Sebagai orang terdekat, Anda dapat memberikan dukungan yang signifikan dalam proses pemulihan pengidap hoarding disorder. Berikut adalah strategi efektif yang dapat diterapkan:
- Mendekati dengan sikap empatik
- Tidak menghakimi dan tunjukan pengertian
- Hindari pemaksaan seperti membuang sampah tanpa izin
- Beri pujian dan dorongan positif
- Mengubah pola pikir dengan diskusi dampak dan nilai kegunaan barang
Strategi Mandiri untuk Mengatasi Hoarding Disorder
Jika kamu menyadari memiliki masalah hoarding tetapi belum bisa mengakses bantuan profesional, jangan khawatir. Kamu tetap bisa memulai langkah pemulihan secara mandiri dengan beberapa strategi
1. Mulai dengan langkah-langkah kecil
Jangan langsung memaksakan diri membersihkan semuanya sekaligus. Tetapkan target realistis, seperti membersihkan satu sudut kecil setiap minggu. Gunakan timer atau putar beberapa lagu favorit sebagai batas waktu agar tidak kewalahan.
2. Jaga Motivasi
Agar tetap termotivasi, dokumentasikan perkembanganmu. Ambil foto “before” dan “after” saat membersihkan area tertentu. Melihat perubahan visual bisa memberimu semangat untuk terus maju.
3. Tingkatkan keterampilan Pengambil keputusan
Salah satu tantangan terbesar adalah memutuskan mana barang yang harus disimpan atau dibuang. Bantu dirimu dengan pertanyaan sederhana: “Apakah barang ini pernah dipakai dalam setahun terakhir?”, “Apakah ada versi digitalnya?”, atau “Apakah benda ini benar-benar penting?”
4. Mulai journalling
Catat pikiran dan emosi yang muncul saat berusaha membuang barang. Ini membantumu mengenali pola pikir negatif dan hadapi dengan pertanyaan rasional, seperti “Apakah resi dari 10 tahun lalu masih relevan?”
5. Pelajari teknik-teknik relaksasi
Kecemasan sering muncul saat berusaha melepas barang. Coba latihan pernapasan atau meditasi singkat misalnya, ikuti video panduan 5 menit untuk menenangkan diri sebelum dan selama proses pembersihan.
6. Cari dukungan
Berbicaralah pada orang terpercaya tentang kondisimu. Dukungan emosional dari keluarga atau teman bisa memberimu kekuatan ekstra. Jika memungkinkan, mintalah bantuan mereka saat membersihkan, tetapi pastikan mereka memahami batasan dan tujuannya.
Langkah Pertama Menuju Perubahan
Mengatasi hoarding disorder memang tidak mudah, tapi setiap langkah kecil yang Anda ambil hari ini adalah kemenangan. Ingat:
1. Progress over Perfect
Tidak perlu langsung sempurna. Fokus pada kemajuan bertahap.
2. Anda Tidak Sendiri
Banyak orang berjuang dengan tantangan serupa. Terbuka pada dukungan adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan.
3. Mulai dari yang Paling Mudah
Ambil 5 menit sekarang untuk:
- Memilih 1 benda yang bisa disumbangkan
- Membersihkan 1 permukaan kecil.
- Menghubungi teman untuk berbagi niat Anda