Source: Unsplash

 

*Artikel ini adalah contoh saja dan dibuat oleh A.I. deepseek
Di era digital, masalah penimbunan tidak hanya terjadi pada barang fisik. Digital hoarding—kebiasaan menyimpan data secara berlebihan di perangkat elektronik—mulai diakui sebagai gangguan serius. Tanpa disadari, Anda mungkin mengidapnya jika ponsel atau laptop selalu penuh, tapi sulit menghapus file apa pun.

Apa Itu Digital Hoarding?

Digital hoarding adalah perilaku menyimpan data digital (foto, dokumen, email, dll) dalam jumlah besar tanpa tujuan jelas. Berbeda dengan kolektor digital yang terorganisir, pengidap digital hoarding biasanya menyimpan file duplikat, tidak bisa menghapus email tidak penting, memiliki ratusan tab browser terbuka, dan terus-menerus kehabisan ruang penyimpanan meski sudah diperbesar. Sebuah penelitian menunjukkan 75% pengguna smartphone menyimpan foto yang tidak pernah dilihat kembali, sementara karyawan rata-rata menghabiskan 1,5 jam perhari hanya untuk mencari file di tumpukan data mereka.

 

Tanda-tanda Digital Hoarding

Beberapa tanda halus yang perlu diwaspadai antara lain: selalu merasa “siapa tahu nanti butuh” terhadap semua file lama, takut kehilangan informasi sehingga melakukan screenshot berlebihan, memiliki folder “nanti diolah” yang berisi ribuan file tak berguna, penyimpanan yang selalu penuh, serta merasa stres saat mencoba membersihkan memori. Sebagai contoh, ada desainer grafis yang menyimpan 47TB data eksternal berisi asset design yang tidak pernah dipakai, tapi panik saat ada yang tak sengaja menghapus satu folder kosong.

 

Dampak yang Tidak Disadari

Kebiasaan ini ternyata membawa konsekuensi serius. Produktivitas bisa menurun drastis karena 31% waktu kerja terbuang untuk mencari file. Keamanan data juga lebih rentan bocor karena tumpukan file yang tidak terkelola. Dari sisi kesehatan mental, otak terus-menerus mendapat stimulasi berlebihan dari informasi yang menumpuk. Bahkan hubungan sosial bisa terganggu, misalnya karena cloud storage keluarga selalu penuh akibat data kita.

 

Langkah Mengatasinya

Untuk mulai mengatasi, ada beberapa strategi praktis yang bisa dilakukan. Pertama, lakukan pembersihan darurat dengan menghapus file duplikat menggunakan aplikasi khusus, menghapus screenshot lama, dan membersihkan email tidak penting. Kedua, bangun kebiasaan baru seperti menjadwalkan pembersihan rutin setiap Jumat sore atau tiap bulan. Ketiga, gunakan sistem folder yang jelas dan alat bantu seperti Google Photos untuk backup foto atau aplikasi pembersih otomatis.

 

Kapan Harus Mencari Bantuan?

Jika kondisi sudah sangat parah – misalnya sudah bertahun-tahun dan menyebabkan kecemasan berat, mengganggu pekerjaan, atau disertai gejala hoarding fisik – mungkin sudah saatnya mencari bantuan profesional. Terapi perilaku kognitif khusus digital hoarding atau program digital detox bisa menjadi solusi.

 

Penutup

Digital hoarding adalah gangguan era modern yang perlahan-lahan menggerogoti ketenangan pikiran kita. Mulailah dari langkah kecil hari ini: hapus beberapa file lama, unsubscribe newsletter tidak penting, dan buat komitmen untuk rutin menata data digital. Dengan kesadaran dan tindakan konsisten, dunia digital bisa kembali menjadi alat produktif yang mendukung kehidupan, bukan sumber stres yang mengganggu.